
Setelah pulang dari
block-class satu minggu penuh di
Remnant International Theological Seminary (RITS), saya terpaksa diopname di RS Royal Progress. Dokter mendiagnose jalan darah kurang lancar di belakang otak yang diperkirakan disebabkan diabetes sehingga mengalami vertigo. Ketika sejumlah mahasiswa membesuk, dan saat itu sedang ramai dengan berita kemenangan Jokowi-Ahok serta kekalahan Pak Hasan Karman di Singkawang, seorang mahasiswa bertanya, apakah orang Kristen Fundamentalis boleh menjadi pejabat negara. Saya menjawab bahwa kalau orang baik tidak mau memimpin maka orang jahat yang akan menjadi pemimpin. Lalu dia bertanya lagi, kalau Pak Suhento dipilih jadi Gubernur apakah mau? Saya menjawab, tidak mau, tetapi kalau jadi Presiden, mau, dan semuanya tertawa. Tentu pertanyaan berikutnya ialah, alasannya? Saya menjawab bahwa menjadi Gubernur tidak bisa berbuat banyak, tidak bisa membuat negara ini baik, tidak bisa membasmi korupsi.
Sistem negara Republik Indonesia sekarang dalam bentuk otonomi setengah hati. Gubernur, Bupati, Walikota tidak memiliki wewenang atas aparat hukum. Polisi tidak dibawah Gubernur melainkan di bawah Kapolri. Seorang Gubernur bahkan tidak berwenang atas listrik di wilayahnya melainkan PLN pusat yang di bawah kementrian BUMN. Dan banyak lagi ketimpangan managemen kepemerintahan yang terkesan otonomi daerah kacau balau. Semua ini karena kekurangan hikmat pada para elit politik Indonesia.
Baca selengkapnya…
Komentar Terbaru