Arsip
PENYESATAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 5-Ending)
Ayat-ayat Kalvinis yang berhubungan dengan Unconditional Election:
1. “Umat Allah” Kis 18:9-10
Argumen Kalvinis mengatakan bahwa Paulus menginjil di situ karena ada orang-orang pilihan di kota itu, jadi tinggal dikotbahin saja. Apakah benar demikian? Dikatakan bahwa mereka sudah menjadi umat Allah sebelum Paulus memberitakan Injil. Selain itu, jikalau mereka sudah pasti masuk Surga, bagaimana kalau Paulus tidak datang ke sana untuk memberitakan Injil? Jika kita pelajari dengan saksama, kata “umatKu”di sini bukan menunjuk kepada orang-orang yang belum percaya tetapi mengacu kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, sebab di sana ada Akwila, Titius, Yustus, Krispus dan keluarga dan yang lainnya. Baca selengkapnya…
PENYESATAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag 4)
Ayat-ayat yang Berhubungan Dengan Election dan Reprobation
Roma 9:10-16
Argumen Kalvinis: Lihat dalam perikop ini Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau sebelum mereka lahir. Allah sudah menetapkan Yakub untuk selamat dan Esau untuk kebinasaan sejak dalam kekekalan. Karena Allah menetapkan Yakub selamat, maka secara otomatis Esau ditolak atau tidak dipilih oleh Allah.
Argumen Alkitabiah: Ini (penafsiran Kalvinis) adalah penafsiran yang sangat buruk. Kita harus melihat konteks Roma 9:1-10 agar jelas makna ayat 10-16. Dari konteks ini didapati beberapa hal:
1. Roma Pasal 9-11 merupakan suatu kesatuan yang berbicara mengenai Israel sebagai bangsa pilihan.
PENYESATAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 3)
1. Allah tidak mungkin menetapkan hal yang buruk karena hal yang buruk tidak timbul dalam hatiNya (Yeremia 19:5)
2. Sifat Allah yang Kudus dan tidak mempermainkan manusia. Dalam Yesaya 45:19 “tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia! Aku, TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus” Allah tidak pernah memerintahkan manusia untuk percaya kepadaNya, tetapi Ia sendiri telah menetapkan orang tersebut masuk neraka. Bila hal itu benar, maka Allah membohongi manusia dan telah menyangkal diriNya sendiri. Tentu hal ini tidak akan Allah lakukan.
3. Adanya perbedaan antara Allah ijinkan dengan Allah tetapkan. Seperti kasus Ayub yang Allah ijinkan bukan Allah tetapkan. Kasus Daud dalam II Samuel 24:1 “Tuhan menghasut Daud” bandingkan I Tawarikh 21:1 “Iblis bangkit melawan Israel dengan membujuk Daud” ayat ini sering dipakai oleh kalangan liberal untuk memojokkan orang kristen, bahwa Alkitab salah tulis. Tetapi perlu diketahui, bahwa Allah sering memakai tangan ketiga dengan mengijinkan Iblis menghasut Daud. Ada konsep Allah “mengijinkan”
PENYESATAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 2)
Kedaulatan Allah
Ini adalah konsep Alkitab, karena memang Allah itu berdaulat penuh atas apapun. Kedaulatan Allah juga harus dilihat dari sudut pandang Alkitab karena konsep kedaulatan Kalvinis berbeda dengan konsep Alkitab dan nalar logis manusia. Kalvinis terlalu menekankan kedaulatan tanpa melihat sifat Allah yang lain (Mahakasih, Mahaadil, Mahabenar dan Mahakudus). Bahkan di dalam Alkitab Kekudusan Allah dan Kasih Allah lebih ditekankan daripada Kedaulatan Allah. Kalvinis sering memakai analogi kedaulatan seorang raja yang berkuasa atas negaranya sendiri secara otoriter seperti Saddam Husein atau Hitler. Tetapi harus diingat, bahwa Saddam dan Hitler memakai kedaulatannya untuk hal-hal yang jahat.
Dari sisi kedaulatan Allah, bahwa Ia berdaulat melakukan dan memutuskan apa saja, tetapi selalu disertai Kasih dan KeadilanNya. Kalvinis tidak melihat sifat-sifat Allah yang lain, yang tidak mungkin saling bertentangan. Karena Allah tidak akan melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan diriNya sendiri. Allah tidak akan meminta pertanggunganjawab dari manusia atas dosa-dosanya jika Allah sendirilah yang menjadi sumber dosa atau yang membuat manusia itu berdosa. Bila Allah yang memasukkan dosa ke dalam dunia, maka hal ini akan bertentangan dengan sifat Kekudusan dan kasihNya. Sifat kasih, kekudusan dan keadilan Allah tidak akan memakai kedaulatanNya untuk membuat manusia jatuh dalam dosa. Jadi kedaulatan Allah yang terdapat dalam Alkitab tidak akan bertentangan dengan Kasih, keadilan dan kekudusan Allah. Allah mengijinkan manusia melakukan segala sesuatu, karena manusia diciptakan dengan kehendak bebas yang sejati.
Kaum Kalvinis akan berdalih dan mengatakan bahwa itu adalah hak Allah untuk berbuat ini dan itu menurut kedaulatanNya. Namun yang harus diperhatikan, pokok permasalahannya bukanlah pada Allah berhak atau tidak berhak, tetapi apakah Allah akan seperti itu? Apakah Natur Allah yang Mahakudus, Mahaadil, dan Mahakasih akan berbuat seperti itu? Dengan demikian Allah bukanlah Pribadi yang menyebakan dosa masuk ke dalam dunia. Hanya kelompok Kalvinislah yang berani mengatakan demikian.
Komentar Terbaru