Beranda > Fundamental > Kalian ULAR BELUDAK

Kalian ULAR BELUDAK


Pengkhotbah zaman Perjanjian Baru yang paling keras adalah Yohanes Pembaptis. Ia tidak memakai cerita lucu, apalagi kata-kata yang menghibur atau menjilat. Ini sebagian isi khotbahnya: Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (Matius 3:1-10, ITB)

 

Latar Belakang Sang Pengkhotbah

Yohanes lahir sebagai anak tunggal bagi suami istri Zakharia dan Elisabet, yang tadinya dikenal sebagai wanita mandul. Karena makanannya yang aneh, yaitu belalang dan madu yang keduanya hanya terdapat di hutan, sangat mungkin sejak remaja atau sejak muda Yohanes tidak tinggal di kota melainkan berkelana di hutan. Bisa ditafsirkan bahwa Yohanes tidak mempunyai teman bermain atau sedikit sekali mengenal sanak-familinya.

Orang-orang pada umumnya makan roti, tetapi ia makan belalang. Manusia lain kebanyakan minum air murni, dan tidak sedikit yang meminum minuman keras tetapi ia minum madu. Dikatakan bahwa ia penuh Roh Kudus sejak di dalam kandungan ibunya. Dan juga dikatakan bahwa ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya (Luk. 1:16-17)

Visi dan Misi Sang Pengkhotbah

Ia diutus datang ke dalam dunia dengan satu tujuan, yaitu menjadi pembuka jalan bagi Sang Jehovah pencipta langit dan bumi. Saya dilahirkan untuk menjadi seorang pengkhotbah, dan untuk menuntun orang kepada jalan keselamatan, untuk memberitakan kebenaran Alkitab. Pembaca terkasih, Anda dilahirkan untuk apa?

Tiap-tiap manusia patut untuk bertanya, sesungguhnya untuk apakah saya dilahirkan? Bahkan sebelum Anda bertanya tujuan kelahiran Anda, lebih baik Anda bertanya akhir hidup Anda akan menuju ke mana? Akan menuju ke Sorga atau ke Neraka? Siapapun yang belum pasti akan menuju ke Sorga, itu sudah pasti akan menuju ke Neraka. Sedangkan yang berani pasti akan menuju ke Sorga harus diperiksa komposisi imannya.

Sorga tidak terhampiri manusia berdosa, karena Sorga adalah tempat yang suci mulia. Dosa harus diselesaikan jika seseorang ingin menuju ke sana. Cara penyelesaian dosa menurut Alkitab ialah penghukuman. Upah dosa ialah maut (Rm.6:23). Dosa hanya terselesaikan melalui penghukuman.

Karena kasihNya, Allah berjanji mengirim Juruselamat untuk menanggung hukuman dosa manusia. Sebelum kedatangan Sang Juruselamat, ibadah simbolik didirikan. Binatang Korban adalah lambang Sang Juruselamat, dan penyembelihannya adalah penjatuhan hukuman. Setiap manusia yang hidup sebelum penyaliban Kristus yang ingin dosanya terhitung selesai harus bertobat dan percaya kepada Juruselamat yang akan datang sambil melaksanakan ibadah simbolik yang menggambarkannya. Dan setiap manusia yang hidup sesudah penyaliban Kristus yang ingin dosanya dihitung terselesaikan harus bertobat dan percaya kepada Sang Juruselamat yang sudah datang sambil melaksanakan ibadah simbolik yang menggambarkannya. Sudahkah pembaca bertobat dan percaya kepada Juruselamat yang sudah datang dan tersalib bagi manusia berdosa seisi dunia?

Yohanes adalah orang yang diutus untuk membuka jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat. Dan Sang Juruselamat adalah Allah Jehovah sendiri yang menjelma menjadi manusia. Sejak awal dikatakan bahwa ia akan berjalan dalam roh dan kuasa Elia.

Yohanes dilahirkan dan bekerja, dan kemudian ia pulang ke Sorga. Dan saya pun pasti akan pulang ke Sorga. Yohanes telah menyelesaikan tugas yang Allah berikan kepadanya. Kalau tugas saya selesai sebagai pengkhotbah dan pengajar kebenaran, saya akan pulang ke Sorga. Apakah pembaca akan pulang ke Sorga? Tugas apakah yang Anda sedang kerjakan bagi Sang Raja Sorga yang Anda mau pulang ke tempat-Nya? Adakah Anda bekerja di kantor bagi Sang Raja Sorga? Adakah Anda berusaha untuk kepentingan Sang Raja Sorga? Berapa persenkah hasil keuntungan Anda diserahkan kepada pekerjaan Sang Raja Sorga? Nanti, ketika kita semua berdiri di hadapanNya, apakah yang Anda akan katakan kepada Sang Raja Sorga tentang pekerjaanmu di dunia? Apakah tujuanmu dilahirkan di dunia?

Yohanes tahu persis tujuan kelahirannya. Apakah pembaca tahu persis tujuan kelahiran Anda? Ia tahu bahwa dirinya kudus sejak kandungan, dan ia tidak boleh menyentuh minuman keras. Itu bukan larangan ibunya, melainkan keadaan jati dirinya. Orang yang telah diselamatkan perlu selalu sadar bahwa kita adalah ciptaan baru, yang lama telah berlalu dan yang baru telah datang. Jati diri kita inilah yang sepatutnya selalu menyadarkan kita dalam seluruh sikap hidup kita.

Isi Khotbahnya Pendek Keras

Yohanes menyerukan pertobatan, sebuah topik khotbah yang tak pernah usang. Semua manusia dalam semua zaman perlu bertobat dari jalan hidup yang sia-sia untuk kembali kedalam rancangan Allah. Seharusnya tujuan hidup manusia yang utama dan terakhir ialah kembali kepada Sang Pencipta dan menikmati kemuliaan serta kebahagiaan sorgawi.

Hidup di padang gurun, memakan belalang dan madu dengan pakaian dari kulit sekedarnya. Jika tidak ada Sorga, maka kehidupan Yohanes adalah hidup yang paling tak berarti, bahkan sangat menyedihkan. Tetapi Tuhan menyebutnya orang yang paling besar dari semua yang dilahirkan oleh perempuan.

Yohanes adalah seorang pengkhotbah yang menyerukan agar manusia menyambut Penciptanya yang datang berkunjung. Singkirkan dari hatimu segala kemunafik-an dan penyembahan berhala. Bertobatlah dari cara hidup yang tidak berkenan kepada Sang Pencipta agar ia dapatkan Anda sebagai ciptaanNya yang indah sempurna. Arahkanlah hatimu kepadaNya, bahkan bersoraklah dengan syukur atas kasih karuniaNya.

Yohanes adalah seorang yang sangat tegas, tanpa kompromi sedikit pun. Ia menyebut orang-orang Farisi dan Saduki ular beludak. Sepanjang sejarah tidak ada pengkhotbah yang berani menyebut audiensnya ular beludak. Ular beludak adalah ular berbisa di daerah Timur Tengah yang paling berbahaya. Siapapun yang dipatuk oleh ular beludak, maka nyawanya akan sangat terancam.

 

Yohanes melihat orang Farisi dan Saduki sebagai kelompok orang yang berbisa dan sangat membahayakan orang di sekelilingnya. Memang, pengajar ajaran sesat sesungguhnya sangat membahayakan orang di sekitarnya. Siapapun yang berhasil “dipatuk” ajaran mereka akan terancam masuk ke Neraka.

Misalnya, menurut Alkitab manusia diselamatkan hanya melalui bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian datang “ular beludak” yang mengajarkan bahwa kalau belum dibaptis maka orang yang sudah bertobat dan percaya tadi belum bisa masuk Sorga. Orang tersebut memerlukan baptisan yang dilaksanakan oleh seorang manusia, bukankah pengajaran demikian akan mengacaukan Injil Keselamatan yang alkitabiah? Pengajaran injil yang salah sesungguhnya lebih berbahaya daripada bisanya ular beludak. Bisa ular beludak hanya membuat manusia mati secara jasmani, sebaliknya bisa “ular beludak” yang mengajarkan injil yang salah akan menyebabkan manusia kekal di dalam Neraka.

Yohanes tentu tidak sembarangan menuduh orang Farisi dan Saduki ular beludak. Yohanes memiliki dasar argumentasi bahwa orang Farisi dan Saduki telah bertindak seperti ular beludak yang mematuk orang sehingga orang-orang tanpa sadar ditenggelamkan ke dalam Neraka.

 

Orang Farisi mengajarkan tata-cara ibadah simbolik tanpa mengerti makna rohaninya. Mereka tidak tahu bahwa seluruh paket ibadah simbolik mulai dari korban domba di atas mezbah hingga masalah makanan dan pemeliharaan hari Sabat, sesungguhnya menunjuk kepada Sang Juruselamat yang dijanjikan. Orang Farisi tidak paham bahwa semua orang PL yang ingin dosanya dihitung terselesaikan harus bertobat dan percaya kepada Sang Juruselamat yang akan datang. Tuhan Yesus pernah berkata tentang orang-orang yang terkungkung di dalam mind-setting yang salah tentang ibadah simbolik.

Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Mat 5:20)

Tentu pelayanan Tuhan Yesus satu paket dengan pelayanan Yohanes karena Yohanes adalah pembuka jalan bagi Tuhan. Yohanes adalah tugu pembatas antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tuhan Yesus juga menjelaskan bahwa sejak tampilnya Yohanes maka ibadah simbolik PL dan Hukum Taurat dihentikan dan digantikan dengan sistem penyembahan roh dan kebenaran
(Mat.11:13, Yoh.4:23). Sejak penampilan Yohanes yang menunjuk kepada Yesus Kristus (Yoh.1:29), maka tergenapilah seluruh janji Allah yang terkandung dalam rangkaian ibadah simbolik Perjanjian Lama.

Para “ular beludak” yang datang meminta dibaptis itu bukan karena bertobat dan mengerti kebenaran, melainkan karena ikut-ikutan dan karena merasa exciting dengan sebuah upacara baru. Mereka adalah orang-orang yang suka akan upacara dan suka menciptakan berbagai peraturan. Namun mereka tidak mengerti arti upacara-upacara yang mereka laksanakan. Buktinya mereka tetap ngotot mempertahankan aturan hari Sabat padahal perintah pemeliharaan hari Sabat itu adalah sebagai simbolik penghormatan kepada Allah Jehovah. Lalu ketika Sang Jehovah datang, mereka menentang Jehovah sendiri dan ngotot menghormati hari Sabat. Bahkan Sang Jehovah berkata, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Luk. 6:5.). Bayangkan, mereka bukannya menghormati Tuhan, melainkan menghormati hari.

Hari ini, banyak orang tidak paham tentang peralihan sistem ibadah simbolik ke sistem ibadah hakekat. Banyak pemimpin denominasi tidak mengerti tentang kebenaran. Kita sekarang sedang di zaman ibadah hakekat, yaitu sebuah ibadah yang berdasarkan hati dan secara rohani. Ibadah ini tidak lagi terikat pada waktu, tempat dan postur tubuh. Ibadah hakekat dengan hati ini dasarnya ialah sikap hati kita, bukan sikap tubuh kita, sepanjang waktu kepada Tuhan. Berarti ibadah hakekat terjadi setiap saat dan di semua tempat. Yang mengerti akan kebenaran ini tidak menyebut acara Minggu pagi sebagai ibadah melainkan sebagai pertemuan jemaat, karena ibadah kita sudah bersifat rohani bukan lagi secara jasmani. Jangan menaruh anggur baru ke dalam kirbat yang lama, dan jangan menambal kain baru ke baju yang lama. Pelayanan Yohanes Pembaptis adalah pelayanan perubahan ibadah simbolik ke hakekat.

Reaksi Pendengar Sang Pengkhotbah

Kelihatannya pendengarnya tidak senang dengar isi khotbahnya. Mungkin mereka bergumam, “sembarangan menuduh orang lain sesat!” Yang tersinggung berat pasti orang Farisi dan Saduki karena mereka dikatakan ular beludak. Sudah bukan rahasia bahwa ketika manusia dikritik, reaksi pertamanya ialah marah kepada si pengritik. Kalau cukup berhikmat selanjutnya akan merenungkan isi kritikannya. Tetapi kalau tidak berhikmat, tentu sama sekali tidak merenungkan isi kritikannya. Herodes dan Herodias yang dikritik secara pedas menangkap dan memenjarakan Yohanes. Farisi dan Saduki tentu tidak protes malahan bertepuk tangan. Ahli Taurat dan imam-imam pasti tersenyum-senyum. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita pemenggalan kepala Yohanes.

Seorang pahlawan iman yang tidak memandang muka orang. Pengkhotbah yang berani menegur raja dan berani memarahi pemimpin agama “ular beludak!” Betul sekali, dia orang yang terbesar dari semua yang dilahirkan oleh perempuan. Sebagai pengkhotbah saya merasa malu dan kecil di hadapan Yohanes Pembaptis. Karena kesesatan manusia zaman sekarang jauh melebihi kesesatan pada manusia zaman Yohanes, namun saya ternyata belum berani bertindak seperti Yohanes. Graphe paling-paling menyerukan kebenaran doktrinal melalui seminar, dan hanya berani menyimpulkan secara akademik bahwa banyak denominasi dalam kesesatan. Sampai hari ini Graphe belum berani menuding orang dengan perkataan “kalian ular beludak!” ***

 

Oleh: Dr. Suhento Liauw, Th.D

 

 

 

  1. Dji ji liong
    17 Mei 2013 pukul 2:01 AM

    Bagus

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar