Beranda > Fundamental, INDONESIA, Uncategorized > KRISTEN BOLEH BERPOLITIK?

KRISTEN BOLEH BERPOLITIK?


politik

Politik Itu Bisa Bersih Maupun Kotor

Sering kali kita mendengar perkataan bahwa politik itu kotor. Dan karena omongan yang demikian menyebabkan banyak orang Kristen berpikir bahwa orang Kristen tidak baik terlibat pada hal yang kotor. Padahal politik itu adalah sebuah bentuk perjuangan untuk menjadi orang yang menentukan, bukan yang ditentukan, dalam masyarakat demokrasi. Jika orang Kristen tidak mau atau bahkan tidak diperbolehkan terjun dalam politik maka hasilnya orang Kristen tidak akan menjadi pihak yang menentukan, melainkan selamanya menjadi pihak yang ditentukan.

Sebenarnya, politik itu kotor atau bersih sangat tergantung pada pemainnya. Sepak bola saja bisa kotor dan bisa bersih, dan tentu sangat tergantung pada pemainnya. Jika semua pihak yang berpolitik adalah orang bersih maka politik akan menjadi bersih, sebaliknya jika tinggal orang kotor yang bermain politik, maka semakin kotorlah politik itu.

Di dalam Alkitab tidak ada larangan orang Kristen berpolitik, tetapi ada larangan orang Kristen untuk bermain kotor. Oleh sebab itu, terutama setelah masyarakat dunia berubah dari sistem pemerintahan monarki ke sistem demokrasi, maka orang Kristen sebaiknya tampil, memberikan sumbangsih pikiran dan kepemimpinan kepada masyarakat.

Kesaksian Dalam Berpolitik

Sebagai pengkhotbah dan pembawa seminar ke berbagai daerah, saya sering mendengar omongan-omongan masyarakat. Ada Gubernur, Bupati, Walikota, bahkan Camat, Lurah, yang Kristen, namun nama mereka sangat tidak harum. Ada yang tukang mabok, ada yang masuk penjara, ada yang melarikan uang dan berbagai kasus.

Padahal ketika seorang Kristen menjadi Gubernur, berarti ia sedang berdiri di sebuah puncak bukit provinsi, dan dipandang oleh semua rakyat di provinsi itu. Tuhan berkata dalam Mat.5:14, “Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Mat 5:14 ITB). Sepatutnya ia tahu bahwa mata seluruh rakyat provinsi di bawahnya memandang kepadanya. Atau seorang Bupati Kristen harus tahu bahwa mata seluruh rakyat di kabupaten tertuju kepadanya.

Seorang pemimpin daerah harus bersih tingkah lakunya, dan sebagai orang yang sangat waras, yang bisa berpikir dan menimbang bahwa nama baik lebih berharga daripada emas dan perak. Dengan kesaksian yang cemerlang baik kata-kata maupun tingkah laku, nama Tuhan akan dipermuliakan dan rakyat juga akan bersukacita. Lebih lagi jika rendah hati, suka menerima masukan dari berbagai pikak, maka pasti akan sangat memajukan daerah yang dipimpin.

Dengan sikap mengasihi semua suku tanpa beda bahkan juga mengasihi umat agama manapun tanpa beda, maka semua orang akan merasa dengan adanya pemimpin orang Kristen semuanya terberkati dan terpimpin dengan baik. Saya bahkan mendorong orang-orang Kristen yang baik untuk berpolitik agar kekristenan bukan hanya menjadi berkat rohani, namun juga dalam segala bidang.

Bolehkah Pengkhotbah Berpolitik?

Kalau berbicara tentang pengkhotbah, orang yang ditahbiskan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh waktu, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan. Ingat, pada saat pentahbisan, orang yang ditahbiskan telah berjanji untuk menjadi pelayan Tuhan, atau karyawan Tuhan, sepenuh waktu dan seumur hidup. Fokus hidup orang yang ditahbiskan adalah untuk melayani Tuhan, memberitakan Injil kebenaran, mengajarkan kebenaran Alkitab.

Saya pikir semua pemilik perusahaan yang telah mendapat janji dari karyawannya bahwa ia akan bekerja dengan setia dan sepenuh waktu, dan janji itu telah diucapkan dalam sebuah upacara, lalu kemudian karyawan itu ambil side jobs, pasti akan merasa bahwa karyawan itu telah ingkar janji. Seorang pengkhotbah, pelayan Tuhan yang pernah ditahbiskan sangat berbeda posisinya dari orang Kristen biasa yang tidak pernah ditahbiskan.

Oleh sebab itu saya tidak setuju jika seorang pelayan Tuhan sepenuh waktu, harus meninggalkan pelayanannya, lalu berpolitik, dan memangku jabatan politik. Dalam kasus khusus, misalnya yang bersangkutan telah pensiun dari pelayanan, atau ada satu dan lain hal yang menyebabkan ia tidak efektif melayani, maka yang bersangkutan bisa terjun ke dunia politik. Tetapi seorang hamba Tuhan yang aktif melayani, misalnya sedang menggembalakan sebuah jemaat, meninggalkan jemaatnya untuk menjadi Bupati, maka di hadapan Tuhan ia telah bertindak bahwa lebih memilih melayani masyarakat secara duniawi daripada melayani Tuhan dan jemaat secara rohani.

Semua Pemerintah Dari Tuhan?

Banyak orang Kristen mengutip ayat Roma 13:1-dst dan tanpa memilah menyatakan bahwa kita semua harus taat kepada pemerintah sekalipun kita dilarang untuk berkumpul kebaktian. Betulkah semua pemerintah dari Tuhan? Apakah pemerintahan Hitler dari Tuhan? Apakah pemerintahan Mao Tse Tung, Lenin, Fidel Castro dari Tuhan? Apakah pemerintahan Jenggis Khan dari Tuhan? Mari kita berpikir sangat cerdas.

Kita sering membaca pernyataan Alkitab “roh jahat yang dari pada TUHAN. (1Sa 16:14 ITB). Apakah maksud kata “roh jahat yang dari pada Tuhan?” Sangat pasti bahwa itu bukan berarti Roh Allah itu jahat, tetapi roh jahat itu sesungguhnya adalah yang tadinya roh baik dan kemudian berubah jadi jahat, dan semua yang dilakukannya, adalah yang Tuhan ijinkan. Calvinis pasti akan kesulitan untuk memahami karena mereka tidak dapat membedakan empat hal berikut: 1. Ditetapkan Tuhan, 2. Diinginkan Tuhan, 3 Diijinkan Tuhan, dan 4. Diketahui Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi pasti diketahui Tuhan, dan diijinkan Tuhan. Tetapi Tuhan hanya menginginkan hal yang baik saja, dan hanya menetapkan hal yang prinsip saja. Diciptakannya manusia yang segambar dan peta Allah adalah ketetapan. Tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa itu bukan ketetapan dan juga bukan yang diinginkan Allah melainkan hanya diijinkan.

Nah, pemerintahan Hitler dan yang saya sebut di atas adalah yang diijinkan oleh Tuhan, sama sekali bukan Tuhan yang angkat dia dan tetapkan (predestinated) dia bunuh 5 juta orang Yahudi. Tentu perlu kita taati ketika peraturan mereka masih waras, dan baik. Dan di zaman PB, Tuhan tidak mau pemerintah mengurus masalah kerohanian atau iman. Pemerintah hanya perlu urus masalah antar manusia. Tuhan mau pemerintah menjaga keamanan bagi manusia untuk memilih kepada ilah mana mereka mau sembah, dan pemerintah tidak perlu memihak apalagi memaksakan. Bahkan Tuhan sendiri pun tidak mau manusia terpaksa menyembahNya.

Diperlukan politisi Kristen yang pikirannya sangat waras, penuh hikmat, serta yang sangat mengerti kebenaran. Karena Kristen lahir baru sangat diperlukan untuk ikut mengatur, maka tentu orang Kristen boleh berpolitik.***

Oleh Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Jurnal Theologi PEDANG ROH Edisi 90 Januari-Maret 2017

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar